Saya baru bisa memejamkan mata jam 2 pagi dini hari, esok menjemput dengan mentari yang artinya “ayo apel bangun lekas mandi dan jalani hari ini dengan senyum abadi #kerja”. Okey bangun setengah mateng, dan tiba-tiba teman sebelah kos ngabarin “pel bapakmu ada dalam perahu yang tengelam di perairan Jungut Batu, saya jawab “masak sih? ya dek, ibu mu juga ikut,” masih belum percaya lho, “punya orang tua jarang berkabar kalau mau berpergian”. Mencoba mencari sumber informasi yang akurat, dan positif bapak, Ibu, dan paman berada dalam perahu itu “tarik nafas” kabarin teman dekat dan keluarga, aku, kakak, dan adik ku harus kembali hari ini, jangan dulu mikirin Bapak, Ibu selamat atau tidak, pokoknya pulang.
Dengan emosi yang menggebu, saya melakukan perjalanan 1 jam menuju bangunan baru rumah saya yang harus mandat karena president saya lagi belum ada kabar “semoga bapak dan ibu bisa selamat kalian presidet ku”. Sampai di rumah ratusan pasang mata mengeluarkan air, termasuk saya mulai Emosi hilang, menangis di pangkuan nenek saya yang setia merawat saya dulu, hanya tingal dia semata, kita berdoa menanti kepulangan keluarga yang kemarin malam melakukan perjalanan pulang dari Jungut Batu karena habis ngayah ngaben yang harus pilu dengan mempertaruhkan nyawa.
Paman saya tercinta Waya Muji, di kabarkan kandas sudah tak bernyawa sudah di larikan ke Puslkesmas dan 10 orang lainya bisa di ketemukan dengan tidak bernyawa, 4 orang pulang dengan kondisi masih kritis, saya masih hanya bisa menunggu, Bapak, Ibu, Made Ngaji, dan kakaknya Pak Putu Supradnya.
Banyak kabar berterbangan mengenai yang belum di temukan “saya sok tegar tanpa airmata” di Wantilan desa pakraman Sebunibus sambil mengabadikan gambar “bukan sok sokan” tujuannya hanya satu, kapan hari saya, kakak, dan adik-adik saya di percaya sama pacarnya untuk menikah, dan di anugrahi anak biar bisa saya ceritakan sama anak-anak saya, “ini lho kakek kalian, meningalnya dengan jalan seperti ini”. Oeky lah ngapai bahas yang belum belum.
Menangis histeris dan emosi sesaat terekam dalam durasi 12 jam-an, prosesi dimulai, asap dan semangat mulai di rintis dengan duka yang menghantam. Saya apel masih tetap stay coll “semangat teman-teman yang bisa buat saya seperti ini’. Hari-hari saya akan seperti apa lagi ini, masih berduka, bahagia atau apa? Dia yang memberi saya sayang harus kembali tragis. LOSE MY BIG FAMILY ON 2011. See di next topic in my Journey yow.
1 comments:
Turut berduka kawan, saya yakin mereka pasti bangga punya anak seperti kamu.
Posting Komentar