31 Desember 1964 – 20 September 2011. Keluarga bilang aku itu adalah dupkikat ibu saya “I WAYAN MUSTI” kesamaan karakter dan kemiripan raut wajah itu ada, kalian bisa merasakan tidak sosok ibu itu seperti apa “ndk usah saya bahas ya”. Sayang banget dia sama saya, setiap saya pulang pasti di sambut “ehh saya pulang”. SD saya di kasih tangung jawab melihara 1 ekor sapi, samapi SMA saya mengisi sore hari dengan bertani, ibu bukan apa-apa, bukan anak sekolahan, bukan lulusan apa-apa, tapi satu hal yang saya bangga, kemampuannya membaca dan menghitung asik. Kayak kalkulator otak nya. Karena pedagang kali ya. Hanya bermodalkan mejadi si sekolah dan olahkan beras ia bisa menghidupi keluarga kecil saya. Dan bapak harus bertugas mengurus sekolah saya dan sang kakak. Senyumnya masih khas, setiap berhubungan telekomunikasi dia terus wanti-wanti “jaga kondisimu, belajar, jangan kelahi terus sama kakmu” terus menerus itu aja pesanya. Setelah saya berkerja saya bisa rasakan kebahagianya, sambil kuliah saya belajar merajut mental pekerja sampai akhirnya lulus dan bisa mendapat tempat. Beliau tersenyum.
Maff ibu anakmu ini belum bisa melakukan semua amanat mu, pilihan mu belum saya lakukan “nak bapak mu kan jadi guru, ayo lah kamu sekolah perguruan aja biar ada teman bapak mu di hari tua” saya harus mengelak ibu, saya pengen menjadi anak teknik, darah seni sudah kau wariskan saya bisa hidup dengn itu. Terpilihlah sekolah teknik dan berlalu 4 tahun. Maff lagi sekali ibu saya bellumlah apa-apa dari pada kerja keras kalian merawat saya, sampai kapan saya akan merindumu, Hay MOM save your SON here forever. I miss U so much and much. :) . See di next topic in my Journey yow.
0 comments:
Posting Komentar