Pak Kumis


31 Desember 1962 – 20 September 2011. “Bapak“ bisa kalian bayangkan? Siapa dia, apa peranya, apa yang sudah dilakukan dan apa yang akan dilakukan untuk melanjutkan amanatnya sebagai kepala keluarga. Sosok seorang bapak Kumis saya rasakan, beliau keras dan disiplin, teringat masa-masa masih duduk di sekolah Dasar dia pukul saya di depan kelas dengan pengaris, dia lempar kapur kemukak saya dan dia hampir menditak naek kelaskan anaknya ini. Dan saya baru nyadar waktu SMP, kalau SD saya memang super bodo “masak bapak guru anaknya blo on”, senyum amanat beliau masih saya ingat, sering marah-marah tapi uang ngalir terus buat anaknya ini “kaulah bapak ku”, sampai suatu saat saya harus merantau untuk menimba ilmu di seberang lautan, beliau berkata “”kamu mau jadi rantauan, mau sekolah apa, mau jadi apa, bisa ndk kamu, bapak siap tangung kamu dan kakamu *jadilah pelajar yang belajar, bukan pelajar yang arogan. Besar harapan bapak mempunyai anak yang sukses, bapak cukup punya gelar S1, dan bapak ingin sekali kalian bisa sekolah sampai  S3 dalamm hati saya “buikkkk S3 lengar cang toh”. Iya bapak, suatu saat anakmu ini akan jadi orang, bukan orang yang mau membuat kejadian. Berlalu 4 tahun waktunya saya wisuda “mana pacar mu tunjukan lah, sana potong kumis, jangot sama rambutmu itu, masak besok wisuda kayak buruh bangunan” okeyy. Pagi berlalu tanpa transportasi khusus seperti teman-teman yang lain saya cuss dengan si hitam pertama yang di beli waktu SMP“supra X lover” dan berlalu samapi jam 12, ayok pak foto bareng wisuda. Karena antrean panjang banget bapak harus kembali ke kampong karena ada hari raya besar dan ada tukang yang lagi berkerja di kampong, kasian nenek mu di rumha sendiri. Dammmm aku ndak punya foto wisuda bagus sama keluarga ku  :( .

Lulus kuliah dan bisa di terima berkerja sudah membuat dia bahagia, walau kamu tak kasih bapak sudah bahagian. Bapak akan segera membangun dan segera bisa membuat upacara potong gigi sama kakakmu. Hanya seorang guru SD dia membanguan segede ini, dalam hati saya “kapan hari kalau saya jadi bapak, bisa ndk ya kayak gini”. Dan hari ini 20 september di hari ulang tahun saya yang ke 23 saya di kasih hadiah “bapak kecelakaan dan belum di ketemukan”, hantaman keras telak ke dada saya. Dua tahun yang lalu anak mu ini menulis di blog kecil tentang NUSA PENIDA “suatu saat sebelum cahaya suci itu menjemput ku, satu hal yang aku inginkan, aku bisa membahagiakan orang tua” dan itu baru di mulai tahun ini tiba-tiba kau harus tidak ada lagi. Bapak Kadek merindu mu disini. Love u Pak Kumis. See di next topic in my Journey yow.


0 comments:

Posting Komentar

 

Copyright © 2010 • It's My Journey of Photography // Bali Wedding Photography • Design by Dzignine