Bangun de makan “itu biasa saya dengar dari ibu saya kalau saya lagi di kampung” dan sekarang sudah sirnah :( . nenek saya mencoba menghibur dengan hal yang sama, dan mari isi perut dulu sebelum lanjut membuat perangkat upakara. Pagi menunggu siang, siang menunggu sore dan waktu berjalan serasa begitu cepat, tamu bermunculan dari berbagai arah “sabar ya nak” kata itu justru yang membuat saya mengeluargan air mata. Teman-teman dari Ayodya sudah berani mengarungi lautan biru untuk melayat ke tanah kelahiran saya, dan masih banyak tamu yang justru saya belu tahu “mungkin teman bapak atau ibu”, terus dan terus detik berlalu sampai akhirnya sore, pengantian ES TUBE jenasah paman tercinta dilakukan, kembali airmata dua anak kandungnya keluar dari pintu kanan dan kiri mata mereka “lagi lagi itu yang membuat saya sedih”, okey kalaian berhak memangis please don’t continue!.
Tiba saatnya sore menunggu malam saya dan sodara-sodara saya mekemit di rumah tua kakek bersama 2 jenasah yang sudah terbaring di kamar sebelah tibur. Dingin super asik sampai setiap jam harus bangun, maklum Cuma tidur di atas kramik beralaskan karton. Nenek saya dapat tugas stay di rumah saya bersama teman yang sudah kayak bapak saya si jagoan Putu Budi Krista. Big thanks tu. See di next topic in my Journey yow.
0 comments:
Posting Komentar