Kukuruyuk.. yeach pagi sudah datang, hari ini harus di laksanakan ngaben di keluarga besar Pande, baik yang masih hilang maupun 2 jenasah yang sudah di ketemukan akan tetap di upacaraain. Suara genta , manatram dan bau asap dupa membius semua warga masyarakat yang ikut membantu jalannya upacara pada waktu 2 jenasah paman saya di keluarkan dari kamar menuju halaman rumah untuk proses pemandian mayat. Lagi lagi air mata bertaburan di terik matahari yang menyengat, well saya harus ikut memegang terakhir paman tercinta.
Di sisi salin 4 jenasah yang belum di ketemukan di simboliskan dengan daun ilalalang berbentuk orang-orangan dengan bertuliskan nama masing-masing dan gambaran “rerajaahan” sepertinya mengambil jiwanya untuk ada di symbol itu “macam jailangkung”. Di perlakukan sama seperti mayat beneran, di mandiin, di sisir, kasih kaca, kasih kulit, dan lengkap sampai di kasih uang saku.
Nada angklung berirama dengan tangis keluarga, lagi lagi saya harus menahan dalam-dalam air mata ini “sialan nangis mulu ne”, sampai akhirnya waktu menunjukan jam 12 dan kebetulan sudah well done, mari kita berkempanye menuju kuburan “setra” untuk melakukan proses pembakaran, ngaben “crematioan”.
Saya sesekali menoleh kebelakang dan melihat ratusan orang dengan wajah kurang jelas, ada yang mata merah karena iritasi ringan, ada air mata bebas keluar karena keran yang bocor dan juga yang hanya bengong seperti kesetrum listrik. Tapi ini beneran terjadi di hari ini. See di next topic in my Journey yow.
Di sisi salin 4 jenasah yang belum di ketemukan di simboliskan dengan daun ilalalang berbentuk orang-orangan dengan bertuliskan nama masing-masing dan gambaran “rerajaahan” sepertinya mengambil jiwanya untuk ada di symbol itu “macam jailangkung”. Di perlakukan sama seperti mayat beneran, di mandiin, di sisir, kasih kaca, kasih kulit, dan lengkap sampai di kasih uang saku.
Nada angklung berirama dengan tangis keluarga, lagi lagi saya harus menahan dalam-dalam air mata ini “sialan nangis mulu ne”, sampai akhirnya waktu menunjukan jam 12 dan kebetulan sudah well done, mari kita berkempanye menuju kuburan “setra” untuk melakukan proses pembakaran, ngaben “crematioan”.
Saya sesekali menoleh kebelakang dan melihat ratusan orang dengan wajah kurang jelas, ada yang mata merah karena iritasi ringan, ada air mata bebas keluar karena keran yang bocor dan juga yang hanya bengong seperti kesetrum listrik. Tapi ini beneran terjadi di hari ini. See di next topic in my Journey yow.
0 comments:
Posting Komentar