Tiba puncaknya hari kedua dimulai yaitu Perang Pandan, kerumunan warga di bawah panggung dan peserta di atas panggung berbingkaikan gadis-gadis tenganan dengan busana kain khas adat setempat, kondisi ini membuat saya pribadi merasa bangga “bali look so great and natural”, kunjungan desa tetangga dan wisatawan local maupun domestic menambah halaman itu penuh akan kepala dan kamera, mencoba mencari posisi yang bagus untuk hasil yang maksimal dengan alat seadanya, memang susah, tapi ini yang harus saya jalani hari ini, berada di kerumunan para penonton saya pun berpindah dari koridor pemukiman warga yang view nya lumayan dapat, selang beberapa menit, tiba-tiba teriakan dating dari arah tibu dan ternyata darah di kepala mengalir, rusuh begitu tepatnya dan sunguh ironis tradisi yang sacral ini sampai ada seperti itu, ini kali pertama perang pandan bonus rusuh. Menurut warga sekitar pihak kedua itu datangnya dari desa tetangga yang mau ikut serta berpartisipasi dalam acara tahunan itu, karena memang sudah ada dendam dari dulu, pelampiasan di atas panging perang pun berjalan, jeritan gadis yang berada di koridor bale pun berpadu alunan Slonding “alat music tenganan”, selang beberapa saat akhirnya bisa di amankan oleh warga dan perang pandan pun dilanjutkan samapai sore hari, dan ini beberapa hasil gamabar yang saya dapatkan, semoga bisa menghibur. See di next topic in my Journey yow.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar